25 April

RATIONAL USE OF MEDICINE (RUM)

RATIONAL USE OF MEDICINE (RUM)

Oleh: Tim Pharmasi BBKPM Bandung

 

Rational Use of Medicine (RUM) saat ini tengah gencar diperbincangkan baik di sosial media maupun di seminar seminar edukasi orang tua. Beragam profesi kesehatan maupun orang awam, dalam hal ini pasien yang menjadi konsumen medis, ikut angkat bicara.  RUM dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah “penggunaan obat yang rasional”.  Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan RUM sebagai

patients receive medications appropriate to their clinical needs, in doses that meet their own individual requirements, for an adequate period time and at the lowest cost to them and their community.”

Definisi diatas jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi: pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis mereka dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individu untuk jangka waktu yang sesuai dan dalam biaya terapi yang terendah bagi pasien maupun komunitas mereka.

Berdasarkan definisi tersebut, RUM haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Tepat Pasien

Obat hanya diberikan berdasarkan ketepatan tenaga kesehatan dalam menilai kondisi pasien dengan mempertimbangkan:

·         adanya penyakit yang menyertai misalnya pasien dengan kelainan ginjal atau hati tidak boleh mendapatkan obat yang dapat mempengaruhi ginjal atau netrotoksik) atau hati (hepatotoksik)

·         kondisi khusus: hamil, menyusui, balita, lansia

·         pasien dengan riwayat alergi

·         pasien dengan riwayat psikologis

2. Tepat Indikasi

Apabila ada indikasi yang benar untuk penggunaan obat tersebut sesuai diagnosa dan telah terbukti manfaat terapinya. Prinsip tepat indikasi adalah tidak semua pasien memerlukan intervensi obat. Misalnya obat penurun panas bayi seharusnya hanya diberikan jika bayi mengalami demam lebih dari 38,5 derajat celcius. Jika bayi tidak demam, tidak diperlukan obat.

3. Tepat obat

Adalah ketepatan pemilihan obat dengan mempertimbangkan:

a. ketepatan kelas terapi dan jenis obat sesuai dengan efek terapi yang diperlukan

b. kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti baik resiko efek sampingnya maupun adanya kontraindikasi

c. Jenis obat paling mudah didapat

d. Sedikit mungkin jumlah jenis obat yang dipakai

4. Tepat pemberian dosis dan lama pemberian obat

 

Untuk mendapatkan efek obat yang maksimal diperlukan penentuan dosis cara dan lama pemberian obat yang tepat. Besarnya dosis cara dan frekuensi pemberian obat umumnya didasarkan pada sifat farmakokinetik dan farmakodinamik obat serta kondisi pasien, sedangkan lama pemberian obat berdasarkan pada sifat penyakit apakah penyakit akut atau kronis kambuh berulang dan sebagainya.

Tepat dosis adalah ketepatan jumlah obat yang diberikan pada pasien dimana dosis berada dalam range dosis terapi yang direkomendasikan serta disesuaikan dengan usia dan kondisi pasien misalnya pasien anak usia pasien anak dengan berat lebih dari 60 kilo biasanya disarankan menggunakan dosis dewasa usia lanjut atau pasien dengan kerusakan ginjal dan hati biasanya memerlukan penyesuaian dosis.

Tepat cara pemberian obat adalah ketepatan pemilihan bentuk sediaan obat yang diberikan sesuai dengan diagnosa kondisi pasien dan sifat obat. Misalnya per oral atau melalui mulut atau melalui dubur, per vaginal atau melalui vagina, parenteral melalui suntikan bisa intravena intramuskular subkutan atau topikal dioleskan di kulit seperti krim, gel, salep. Jika obat masih bisa diberikan melalui oral, hindari pemberian melalui parenteral. Jika terapi cukup secara lokal melalui obat-obatan topikal tidak perlu diberikan obat oral

Tepat frekuensi atau interval pemberian obat adalah ketepatan penentuan frekuensi atau interval pemberian obat sesuai dengan sifat obat dan profil farmakokinetik. Misal setiap 4 jam, 6 jam, 8 jam, 12 Jam atau 24 jam Jika obat dalam tubuh akan habis dalam 8 jam sebaiknya obat diberikan 3 kali sehari.

Tepat lama pemberian obat adalah penetapan lama pemberian obat sesuai dengan diagnosa penyakit dan kondisi pasien. Apakah obat cukup diminum hingga gejala hilang saja atau obat perlu diminum selama 3 hari 5 hari 3 bulan dan lain-lain.

Tepat saat pemberian obat adalah ketepatan menentukan saat terbaik pemberian obat sesuai dengan sifat obat dan kondisi pasien. Apakah obat diberikan sebelum makan, sesudah makan, saat makan sebelum operasi atau sesudah operasi dan lain-lain.

5. Tepat biaya

Biaya terapi (harga obat dan biaya pengobatan) hendaknya dipilih yang paling terjangkau oleh keuangan pasien. Mengutamakan resepkan obat obat generik dibandingkan obat paten yang harganya lebih mahal

6. Tepat Informasi

Informasi yang diberikan harus jelas atau tidak bias baik tentang obat yang digunakan pasien maupun informasi lainnya yang menunjang perbaikan pengobatan misalnya informasi tentang cara pemakaian obat, efek samping, kegagalan terapi bila tidak taat, upaya yang dilakukan bila penyakit makin memburuk, mencegah faktor resiko terjadinya penyakit dan lain-lain.

Ada berbagai alasan mengapa tenaga kesehatan perlu menetapkan RUM, diantaranya:

1. Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak tepat dapat membahayakan pasien.

2. Mempermudah dan membuka akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga terjangkau.

3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat di institusi institusi seperti RSUD Puskesmas dan lain-lain sebagai salah satu upaya cost effective medical intervention.

4. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan.

 

Referensi

1. WHO, Rational Use of Medicine

2. Yusmaninita 2009, Rasionalitas Penggunaan Obat

3. Masalah Penggunaan Obat di Institusi Pelayanan Kesehatan, www.farklin.com

4. Rational Use of Antibiotics, www.rationalmedicine.org

Posted by Posted on April 25, 2019