12 November

PERAN GIZI PADA IBU HAMIL DENGAN TUBERKULOSIS

PERAN GIZI PADA IBU HAMIL DENGAN TUBERKULOSIS

Hilda Prasanti Nugraheni, AMG

Instalasi Gizi BBKPM Bandung

 

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, demikian juga tuberkulosis pada kehamilan. Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB paru aktif. Menurut Prawiroharjo & Sumoharto frekuensi wanita hamil yang menderita TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Di negara kurang makmur dan negara berkembang frekuensinya dapat lebih tinggi.1 Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular karena adanya bakteri Mycobacterium. Penyakit TB berhubungan erat dengan kemiskinan, kurang gizi dan sistem imun rendah. Angka kesakitan dan kematian TB tertinggi ada di negara berkembang. Orang yang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis akan mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan status gizi ditandai berkurangnya asupan makanan disebabkan oleh anoreksia, nausea/mual, muntah, malabsorpsi serta meningkatnya penggunaan zat gizi dalam tubuh.1,2 Status gizi yang rendah dan ketidakmampuan meningkatkan berat badan selama terapi berkaitan erat dengan resiko kematian, terjadinya TB kambuhan, respon terapi yang tidak adekuat, serta beratnTuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, demikian juga tuberkulosis pada kehamilan. Diperkirakan 1% wanita hamil menderita TB paru aktif. Menurut Prawiroharjo & Sumoharto frekuensi wanita hamil yang menderita TB paru di Indonesia yaitu 1,6%. Di negara kurang makmur dan negara berkembang frekuensinya dapat lebih tinggi.1 Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular karena adanya bakteri Mycobacterium. Penyakit TB berhubungan erat dengan kemiskinan, kurang gizi dan sistem imun rendah. Angka kesakitan dan kematian TB tertinggi ada di negara berkembang. Orang yang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis akan mengalami gangguan pada sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan status gizi ditandai berkurangnya asupan makanan disebabkan oleh anoreksia, nausea/mual, muntah, malabsorpsi serta meningkatnya penggunaan zat gizi dalam tubuh.1,2 Status gizi yang rendah dan ketidakmampuan meningkatkan berat badan selama terapi berkaitan erat dengan resiko kematian, terjadinya TB kambuhan, respon terapi yang tidak adekuat, serta beratnya penyakit. Pemantauan dan penanganan gizi adalah komponen penting untuk meningkatkan rehabilitasi dan kualitas hidup dari penderita TB1.

Kehamilan bukanlah suatu faktor predisposisi terhadap timbulnya tuberkulosis pada seseorang ataupun faktor yang mempengaruhi perjalanan dan manifestasi klinis penyakit tuberkulosis. Tuberkulosis pada kehamilan merupakan masalah tersendiri karena selain mengenai ibu, dapat menular pada janin yang dikandung dan berpengaruh buruk terhadap janin melalui berbagai macam cara terutama pada masa perinatal.2 Walaupun infeksi transplasental jarang, bayi memiliki resiko terinfeksi melalui kontak dengan ibu dengan tuberkulosis aktif. Komplikasi perinatal seperti ukuran janin kecil untuk masa kehamilan, berat bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan antepartum, kematian janin, dan tuberkulosis kongenital merupakan beberapa penyulit yang dapat timbul pada seorang ibu hamil yang menderita tuberkulosis3,4.

Penyakit TB menyebabkan penyerapan gizi dalam tubuh ibu hamil menjadi tidak optimal. Di sisi lain, faktor gizi merupakan salah satu hal penting untuk diperhatikan ibu hamil demi perkembangan bayi dalam kandungan. Asupan gizi ibu hamil penderita TB harus menjadi prioritas utama karena pada tuberkulosis terjadi peningkatan Resting Energy Expenditure (REE) akibat metabolisme meningkat, sehingga kebutuhan energi, protein dan zat gizi mikro akan meningkat. Salah satu upayanya ialah dengan memberikan asupan gizi terbaik seperti makanan gizi seimbang dengan kualitas serta kuantitas yang terjamin. Kehamilan merupakan periode penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia di masa akan datang. Pertumbuhan, perkembangan serta kesehatan anak sangat ditentukan oleh kondisi janin saat di dalam kandungan. Berat badan lahir normal merupakan cerminan dan titik awal yang penting karena dapat menentukan kemampuan bayi dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidup yang baru sehingga tumbuh kembang bayi berlangsung normal.3

Asupan makanan selama hamil berbeda dengan asupan sebelum masa kehamilan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Tujuan penatalaksanaan gizi pada ibu hamil dengan TB adalah meningkatkan/mempertahankan status gizi dan daya tahan tubuh, memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan, mencapai/mempertahankan BB normal, mencegah penurunan BB yang berlebihan, mengatasi gejala mual muntah, mengatasi anemia kronik , mengatasi efek samping obat yang berkaitan masalah asupan makan, memperbaiki nafsu makan, mengatasi dehidrasi apabila terjadi risiko, mengatasi infeksi dan komplikasi, meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang gizi berkaitan dengan tuberkulosis serta  mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi

 Syarat diet yang harus diperhatikan: Kebutuhan Kalori 2000 – 3000 Kkal/hr atau 35 – 40 kkal/kgBB/ hari, Protein 1,5 – 2 gr/kgBB/hr, Lemak cukup, vitamin mineral tinggi terutama vitamin  B12, C, E, Folat, Fe, Kalsium, Magnesium, Seng, Selenium, Serat cukup berasal dari sayur dan buah. Cairan cukup, sesuai dengan keadaan ibu hamil. Berdasarkan angka kecukapan gizi (AKG) tahun 2019 pada ibu hamil diperlukan tambahan kalori dan zat gizi untuk membantu proses pertumbuhan janin di dalam kandungan. Berikut merupakan jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama hamil:


Kebutuhan tersebut dapat meningkat seiiring kebutuhan gizi ibu untuk proses penyembuhan karena TB. Pertumbuhan dan perkembangan janin ini sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu selama hamil. Makanan yang dianjurkan seperti karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran dan buah-buahan. Ibu hamil juga perlu membatasi asupan gula, garam, lemak misalnya cake, kembang gula, gorengan, makanan pedas, serta minuman manis, kopi, teh kental, minuman alkohol serta softdrink.5

Pengaruh TB pada kehamilan tergantung dari beberapa faktor antara lain: lokasi penyakit (intra atau ekstrapulmonal), usia kehamilan, status gizi ibu dan ada tidaknya penyakit penyerta. Beberapa studi menyatakan terdapat hubungan antara TB dan meningkatnya risiko berat badan lahir rendah, kelahiran preterm, kehidupan perinatal sampai pada kematian bayi.3 Jika pemberian OAT dimulai pada awal kehamilan akan memberikan hasil yang sama seperti pasien yang tidak hamil, tetapi bila diagnosis dan penanganan terlambat terjadi peningkatan angka morbiditas bayi 4 kali lipat dan peningkatan kelahiran preterm sebesar 9 kali lipat. Selama kehamilan dapat terjadi transmisi kuman TB ke janin.5

Pengobatan secara obstetri juga perlu diperhatikan seperti pemeriksaan antenatal yang teratur, istirahat cukup, pengobatan anemia, dan dukungan keluarga yang optimal. Berikan isolasi yang memadai selama persalinan dan pasca persalinan. Bayi harus diperiksa untuk mengetahui adanya tuberkulosis. Walaupun infeksi transplasental jarang, bayi memiliki resiko terinfeksi melalui kontak dengan ibu dengan tuberkulosis aktif. Seksio sesaria tidak dilakukan atas indikasi tuberkulosis paru, kecuali apabila ada indikasi obstetrik.4 Tuberkulosis paru yang tidak diobati atau yang terlambat diobati dapat menyebabkan konsekuensi berat pada ibu dan anak.

Wanita hamil dengan TB paru yang diobati dengan tepat, asupan gizi yang adekuat,  dapat mencegah terjadinya peningkatan komplikasi maternal atau neonatal. Sementara yang tidak diberikan pengobatan, TB dapat meningkatkan morbiditas neonatal, seperti berat lahir rendah, prematuritas, dan juga dapat meningkatkan empat kali lipat morbiditas ibu, seperti aborsi, perdarahan post partum, kesulitan persalinan, dan preeklamsi.4,6

 

SUMBER:

1.    World Health Organization. Global tuberculosis report [internet]. Geneva: WHO; 2017

2.    Olabisi ML, Ibraheem A. Tuberculosis in pregnancy. Journal of Pregnancy [internet]. 2012; 3(4):1-8.

3.    Sugarman J, Colvin C, Moran AC, Oxlade O. Tuberculosis in pregnancy: an estimate of the global burden of disease. Lancet Glob Health. 2014; 2(12):710-716

4.    Arora Vk, Gupta R. Tuberculosis and pregnancy. Ind J Tub 2003; 50: 13-6.

5.    Kemenkes, RI. PMK No.28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta. 2019.

6.    Harries AD, Jahn A, Smith AB, Gadabu J, GP Douglas, Khader A, et al. Cohort analysis of antenatal care and delivery outcomes in pregnancy: a basis for improving maternal health. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease Health solutions for the poor. 2014; 4(2):75–78

Trimester 1

Energi  : 180 kkal

Protein :   20 gr

Lemak :     6 gr

Karbohidrat : 25 gr

 

 

 

 

Setara Dengan

 

1 Butir Telur (60 gr)

Susu Sapi Segar 1 ½  gelas (300 ml)

Trimester 2 dan 3

Energi  : 300 kkal

Protein :   30 gr

Lemak :    10 gr

Karbohidrat : 40 gr

 

Ikan 3 potong sedang (150 gr)

Susu sapi segar 2½  gelas (500 ml)

Posted by Posted on November 12, 2020