-
10 September
-
PERAN VITAMIN D PADA SISTEM IMUN
PERAN VITAMIN D PADA SISTEM IMUN
apt. Hani Sopiani
Instalasi Farmasi BBKPM Bandung
Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang bersifat secosteroid (mirip steroid) dengan metabolit aktif yaitu 1,25-dihidroksi vitamin D [1,25(OH)2D]. Vitamin D bukanlah vitamin murni, karena pemenuhan kebutuhan vitamin D tidak hanya didapat melalui konsumsi makanan yang mengandung vitamin D, melainkan dapat juga disintesis oleh tubuh melalui pajanan sinar matahari. Metabolit aktif vitamin D yaitu 1,25-dihidroksi vitamin D [1,25(OH)2D] memiliki aktifitas hormon. Vitamin D dapat diperoleh dari makanan, suplemen, dan melalui proses sintesis endogen di kulit dari 7-dehidrokolesterol setelah kulit terpapar sinar matahari yang berupa ultraviolet B (UVB). Sumber vitamin D terbesar diperoleh dari hasil penetrasi UVB ke dalam kulit, mengubah 7-dehidrokolesterol menjadi vitamin D3, hanya sebagian kecil diperoleh dari diet.
Sumber vitamin D
Vitamin D dapat berasal dari vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D2 disintesa melalui paparan radiasi UVB pada ergosterol tumbuhan, sedangkan vitamin D3 disintesis melalui paparan radiasi UVB pada kulit manusia dan hewan. Pada manusia, sinar matahari langsung yang mengandung radiasi UVB dengan panjang gelombang 290 – 315 nm, akan menstimulasi sintesis vitamin D di epidermis. Vitamin D yang berasal dari makanan alami yaitu vitamin D2 yang ditemukan pada tumbuhan dan jamur, sedangkan vitamin D3 ditemukan dalam daging, ikan dan telur. Sumber vitamin D3 yang baik, sebagian besar berasal dari hewani seperti minyak ikan, kuning telur, daging, hati dan ginjal.
Gambar 1. Beberapa Contoh Makanan Sumber Vitamin D
Sistem Imun
Sistem imun adalah sistem daya tahan tubuh terhadap serangan benda asing yang terpapar ke tubuh kita. Benda asing tersebut bisa berasal dari luar maupun dalam tubuh sendiri. Contoh benda asing yang berasal dari luar tubuh misalnya bakteri, virus, parasit, jamur, debu, dan serbuk sari. Sedangkan benda asing dari dalam tubuh dapat berupa sel-sel mati atau sel-sel yang berubah bentuk dan fungsinya. Benda-benda asing tersebut disebut imunogen atau antigen. Apabila imunogen terpapar ke tubuh kita, maka tubuh kita akan meresponnya dengan membentuk respon imun dari sistem imun. Sistem imun secara harfiah merupakan sistem pertahanan diri yang menguntungkan, tetapi dalam kondisi tertentu dapat menimbulkan keadaan yang merugikan.
Sistem imun dapat ditingkatkan atau ditekan, salah satunya dengan pemberian imunomodulator. Imunomodulator adalah senyawa yang mampu berinteraksi dengan sistem imun sehingga dapat menaikkan (imunostimulator) atau menekan (imunosupresan) respon imun. Pengaruh senyawa tertentu untuk menaikkan maupun menekan respon imun dapat tergantung pada, antara lain dosis atau waktu pemberian.
Vitamin D sebagai modulator pada sistem imun
Berbagai peran vitamin D untuk kesehatan, diantaranya: memelihara pertumbuhan tulang dan gigi yang sehat, regulasi kadar insulin dan menunjang manajemen diabetes, menunjang fungsi paru dan kesehatan jantung serta menunjang imunitas, kesehatan otak dan sistem syaraf. Dalam menunjang imunitas vitamin D berperan dalam mengatur perbanyakan sel T, mengontrol proses dan fungsi sel limfosit. Singkatnya, vitamin D mendukung aktivasi imunitas antibakteri dan antivirus. Pada kasus kekurangan vitamin D, kadar sitokin pro peradangan meningkat dan mengurangi efektivitas respon imun terhadap infeksi secara signifikan. Pada sistem imunitas, sintesis ekstra renal metabolit aktif calcitriol 1,25 (OH)2D oleh sistem imun pada jaringan perifer menunjukan sifat yang sama dengan aktif sitokin lokal.
Sebagai imunomodulator, Vitamin D akan memodifikasi respon imun dengan mengaktifkan mekanisme pertahanan alamiah maupun adaptif, seperti mengembalikan ketidakseimbangan sistem imun yang terganggu. Proses modifikasi respon imun tersebut bisa menimbulkan efek sebagai berikut :
1. Meningkatkan respon antibakteri dalam sistem kekebalan tubuh alamiah
2. Efek imunomodulasi yaitu meningkatkan respon imun
3. Ekspresi reseptor vitamin D (VDR) dalam aktivasi CD4 dan CD8 limfosit T, serta antigen presenting cells (APC)
4. Efek anti inflamasi dalam sistem kekebalan tubuh yang adaptif
5. Meningkatkan jumlah dan fungsi sel T regulator (sel Tregs) yang berfungsi menekan sel-sel yang telah rusak atau mati
6. Agen antikanker, akan memberikan efek antiproliferatif, merangsang apoptosis (kematian sel secara normal) dan menghambat angiogenesis (pembentukan pembuluh darah yang baru).
Dosis yang direkomendasikan untuk vitamin D per hari adalah 15 mcg (600 IU) pada kelompok usia 18-70 tahun dan untuk usia >71 tahun adalah 20 mcg (800 IU). Dosis terbesar yang dapat dikonsumsi adalah 100 mcg (4000 IU) per hari. Beberapa efek samping yang mungkin muncul pada penggunaan vitamin D adalah batuk, kesulitan menelan, dan pusing. Vitamin D sebaiknya dikonsumsi bersama makanan agar lebih mudah diserap oleh tubuh. Sebelum mengkonsumsi suplemen vitamin D, lebih baik berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau apoteker agar mendapatkan petunjuk dan bisa mengonsumsi dengan aman. Cara lain yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D adalah dengan mendapatkan sinar matahari pada pagi hari sekitar 10-15 menit serta mengkonsumsi makanan sehat antara lain kuning telur, jamur shitake, hati sapi, keju, udang, ikan terutama ikan yang berlemak seperti salmon dan tuna.
Dengan mengkonsumsi vitamin D sesuai dosis diharapkan bisa memberikan efek terhadap sistem imun, tetapi tidak disarankan untuk mengkonsumsi Vitamin D dalam dosis tinggi, apalagi jika dilakukan dengan dosis lebih dari 4,000 IU per-harinya. Konsumsi berlebih vitamin D berpotensi untuk menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti nyeri kepala, nyeri perut, telinga berdenging, melemahnya otot tubuh, hingga gangguan dan gagal fungsi ginjal. Belum lagi, jika Vitamin D dosis tinggi tersebut dikonsumsi oleh orang dengan penyakit komorbid atau orang yang kebetulan sedang mengkonsumsi obat atau suplemen lain, yang mana, Vitamin D dosis tinggi justru bisa memberikan dampak yang merugikan pada dua kondisi tersebut.
Untuk lebih meningkatkan imun bisa dengan menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi, vitamin, dan mineral, memperhatikan kecukupan air, beristirahat dengan cukup, serta rutin berolah raga sesuai dengan kapasitas tubuh kita masing-masing. Bila memang dinilai perlu, kita dapat mengkonsumsi suplemen atau vitamin sesuai dosis harian dan sesuai anjuran dokter.
Daftar Pustaka :
[1] Baeke, F, et al., (2010). Vitamin D : Modulator of the Immune System, Current Opinion in Pharmacology, National Library of Medicine. Volume 10 (4) pp 482-496.
[2] Bikle, DD (2014). Vitamin D Metabolism Mechanism of Action, and Clinical Applications. Chemistry and Biology. 21 (3) pp 319-329.
[3] Lucas, R.M, et al., (2014). Vitamin D and Immunity, F1000Prime Reports. Volume 6 pp 118.
[4] Prietl, B, et al., (2013) Vitamin D and Immune Function, Nutrient. Volume 5 (7) pp 2502-2521.
Posted by Humas BBKPM Bandung Posted on September 10, 2021