10 February

PERAN APOTEKER TERHADAP KONSELING PASIEN TBC DI LAYANAN RAWAT JALAN

PERAN APOTEKER TERHADAP KONSELING PASIEN TBC

 DI LAYANAN RAWAT JALAN

 

Haryati

Instalasi Farmasi BBKPM Bandung

 

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sekitar 80% menyerang paru-paru. Kementerian Kesehatan melaporkan terdapat 351,936 kasus Tubercolosis (TBC) yang ditemukan di Indonesia. Dimana  dari data tersebut disampaikan bahwa mayoritas penderita TBC berasal dari usia produktif sebanyak 17,3 %.

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif melalui droplet pada saat batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).

Pemerintah melalui program nasional pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi TBC, yakni dengan strategi DOTS (Direcly Observed Treatment Shortcourse). World Health Organization (WHO) merekomendasikan 5 komponen strategi DOTS yakni:

Ø  Komitmen para pengambil keputusan (termasuk dukungan dana)

Ø  Diagnosis TBC dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis

Ø  Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung pengawas menelan obat (PMO)

Ø  Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin

Ø  Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TBC

Dalam pengobatan TBC, apoteker mempunyai banyak kesempatan untuk berperan dalam pemberantasan TBC. Peran tersebut adalah mengedukasi pasien dalam hal:

1.     Pentingnya adherence (kepatuhan berobat), motivasi agar penderita patuh, efek samping, perilaku hidup sehat, dll

2.     Peran dalam mendeteksi penderita TBC

3.     Peran dalam memantau adherence penderita, adanya efek samping, adanya interaksi dengan obat lain

4.     Peran secara keseluruhan, apoteker harus berperan secara aktif mencegah terjadinya resistensi, kekambuhan, kematian

 

A.    Konseling

Three Prime Question merupakan pertanyaan yang dapat diberikan dalam konseling kepada penderita TBC pada kunjungan pertama. Tujuan three prime question  yakni:

1.     Agar tidak terjadi tumpang tindih informasi, perbedaan informasi dan melengkapi informasi yang belum diberikan oleh dokter sesuai kebutuhan

2.     Agar dapat menggali fenomena puncak gunung es dengan memakai pertanyaan terbuka

3.     Agar menghemat waktu dalam hal menjelaskan obat.

 

Three Prime Question meliputi:

1.     Bagaimana penjelasan dokter tentang obat Anda

2.     Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan setelah minum obat ini?

Perlu dipastikan agar penderita tahu:

-        Bahwa pengobatan penyakit TBC membutuhkan waktu lama (6-12 bulan)

-        Bila patuh minum obat dalam 2-4 minggu penderita akan merasa nyaman, tetapi obat masih harus diteruskan sampai dokter menghentikannya.

-        Bahaya bila tidak patuh yaitu resistensi obat

-        Akibat dari resistensi kuman

-        Efek samping yang mungkin akan dialami serta tindakan yang perlu diambil jika mengalaminya

3.     Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?

Perlu dicek apakah dokter memberikan informasi berikut ini:

-        INH, rifampicin sebaiknya diminum pada saat perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan)

-        Bila pencernaan terganggu (mual dsb), maka obat dapat minum 2 jam sesudah makan

-        Ethambutol dan pirazinamid sebaiknya diminum saat perut isi (setelah makan)

-        Bila perlu minum antasida beri antara beberapa jam

-        Bila lupa minum obat, maka segeralah minum obat ketika ingat (dengan catatan: jarak waktu minum obat tidak terlalu jauh dari jadwal seharusmya minum obat). Sehingga pasien tidak perlu minum 2 dosis obat untuk mengejar ketertinggalan jadwal karena sebelumnya sempat lupa minum obat.

 

Beberapa contoh penjelasan yang dapat diberikan :

 

Bagaimana cara meminum OAT

-        Jelaskan jumlah obat yang harus ditelan setiap dosis per harinya

-        Cara minum obat (ditelan, diminum dengan air banyak, dll)

-        Jadwal minum obat misalnya OAT diminum setiap hari pada pagi hari sebelum makan

 

Bagaimana kalau lupa minum obat

Jelaskan jika jarak waktu antara ingat harus minum lebih dekat dengan jadwal seharusnya, maka segera minum obat. Namun jika jarak waktu ingat minum obat lebih dekat dengan jadwal berikutnya maka minum obat sesuai jadwal berikutnya.

 

Apa akibatnya bila lupa minum OAT

Jelaskan apa yang terjadi apabila obat tidak minum secara teratur, misalnya pengobatan akan gagal atau obat yang ada tidak akan mampu lagi mengobati penderita. Jika terjadi demikian maka diperlukan obat yang lebih mahal dan belum tentu tersedia ditempat pengambilan obat biasanya

 

Apa yang dilakukan jika terjadi efek samping

Jelaskan agar segera menghubungi petugas puskesmas, rumah sakit, dokter atau apoteker terdekat apabila mengalami efek samping seperti:

-        Kemerahan pada kulit

-        Kuning pada mata dan kulit

-        Gejala seperti flu( demam, kedinginan dsn pusing)

-        Nyeri dan pembengkakan sendi terutama pada sendi pergelangan kaki dan pergelangan tangan

-        Gangguan penglihatan

-        Gangguan penglihatan dan pendengaran

-        Rasa mual sampai muntah

 

Dimana menyimpan OAT

Simpan OAT di tempat yang mudah dilihat agar tidak lupa menelan sebagai contoh didekat meja makan atau tempat tidur namun jangan disimpan ditempat yang lembab dan panas seperti dapur, dekat kamar mandi, atau jendela yang terkena cahaya matahari langsung agar OAT tidak rusak sebab OAT tidak tahan terhadap lembab dan panas serta jauhkan dari jangkauan anak-anak.

 

Apa tanda-tanda obat rusak

Jelaskan mengenai tanda-tanda OAT rusak (tablet berubah warna, lembap, pecah, lapisan aluminium penutup ablet bocor, serbuk dalam bungkus lembab, berubah warna, lengket, suntikan berubah warna, ada bagian yang tidak larut/mengendap ketika ditambah aqua pro injeksi, keruh atau ada partikel berwarna)

 

DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. 2004. Tuberculosis Indonesia Fact, TB program Progress Report.

ASHF. 2022. ASHF Drug Information bagian 8-16

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal. 2005. Pharmaceutical care Untuk Penyakit Tuberculosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Posted by Humas BBKPM Bandung Posted on February 10, 2022