07 December

Pemeriksaan Viral Load Pada Infeksi Hiv

Pemeriksaan Viral Load Pada Infeksi Hiv

Oleh Wita Juwita

ATLM Instalasi Laboratorium BBKPM Bandung

 

Pendahuluan

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Penderita HIV memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke dalam stadium AIDS, sedangkan penderita AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya.

Infeksi HIV dan penyakit AIDS saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun waktu 25 tahun, infeksi HIV telah berkembang dengan pesat, bermula dari beberapa kasus di area dan populasi tertentu hingga menyebar ke seluruh area dan negara di dunia.

Sejak infeksi HIV/AIDS menjadi epidemik di seluruh negara di dunia, pemeriksaan sel T-CD4 rutin dilakukan untuk memantau perjalanan infeksi dan sebagai indikator penurunan sistem imun. Pada pertengahan tahun 1990-an, ditemukan teknologi baru untuk mengukur secara kuantitatif HIV RNA di dalam plasma atau dikenal sebagai Viral Load HIV.

Gambar 1. Struktur Virus HIV

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/HIV)

 

Apa itu Viral Load HIV?

Tes viral load HIV adalah tes yang digunakan untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah, sedangkan jumlah virus HIV di dalam darah disebut viral load, yang dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL) darah. Dengan mengukur HIV RNA di dalam darah dapat secara langsung mengukur besarnya replikasi virus. Pemeriksaan tes viral load (VL) merupakan standar utama dan metode paling efektif untuk memantau Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) yang sedang menjalani terapi Antiretroviral (ARV).

Peran Viral Load pada Infeksi HIV

Pengukuran plasma viral load secara serial dan berkala membantu penderita dan dokter untuk menentukan waktu permulaan pemberian terapi antiretroviral, menentukan efektivitas atau kegagalan terapi serta membantu memastikan jika efek yang menguntungkan dari terapi antiretroviral gagal dicapai dan terapi harus diganti. Pemeriksaan viral load juga dilakukan pada seseorang yang baru saja terpapar HIV atau mengalami infeksi yang masih akut, namun belum terbentuk antibodi. Sehingga dapat segera diketahui apakah seseorang tersebut terinfeksi HIV atau tidak.

Viral load merupakan tolak ukur seberapa jauh dan cepat penyakit berkembang dalam tubuh yang diketahui lewat jumlah virus di dalam sampel darah. Semakin banyak jumlah partikel virus dalam darah artinya semakin tinggi risiko  untuk menularkan virus dan mengalami komplikasi HIV, seperti infeksi oportunistik dan AIDS.

Bagaimana Cara Mengetahui Kadar Viral Load dalam Darah?

Untuk mengetahui berapa banyak viral load dalam tubuh, caranya adalah dengan tes darah. Waktu yang paling tepat untuk menjalani tes viral load adalah segera setelah resmi didiagnosis positif HIV. Hasil dari tes pertama ini biasanya akan dijadikan patokan untuk mengamati perkembangan virus HIV dalam tubuh selama menjalani pengobatan seterusnya.

Tes untuk mengukur viral load juga tidak hanya dilakukan sekali. Selama masih terus menjalani pengobatan, dokter akan menganjurkan mengikuti tes rutin. Tujuannya untuk mengevaluasi kesuksesan pengobatan sampai saat ini. Kombinasi pengobatan yang tepat biasanya akan menurunkan jumlah virus dalam darah secara drastis dalam satu bulan.

 

Bagaimana Cara Membaca Hasil Tes Viral Load?

Secara umum, jumlah viral load sekitar 10.000 kopi per 1 ml darah dianggap rendah, sementara 100.000 atau lebih dianggap tinggi. Tes HIV untuk mencari tahu kadar virus dalam darah dapat memberikan hasil yang cukup akurat karena dapat mendeteksi setidaknya 20 RNA HIV. Beberapa kategori hasil viral load yang biasanya terbaca setelah tes adalah:

Virus Terdeteksi

Mendapatkan hasil “viral load terdeteksi” artinya adalah benar memiliki virus HIV dalam tubuh. Namun, kadarnya bisa tinggi atau rendah karena tergantung oleh banyak faktor. Apabila angka jumlah virus yang mencapai 100.000 kopi per 1 ml darah dikategorikan sebagai viral load tinggi. Ketika viral load tinggi artinya sistem kekebalan tubuh gagal melawan HIV dengan baik. Hasil ini biasanya cenderung ditemukan pada orang-orang yang baru terdiagnosis HIV.

Di sisi lain, jumlah virus yang tinggi juga dapat menandakan penularan HIV baru saja terjadi. Sebaliknya, jumlah viral load di bawah 10.000 adalah kategori rendah. Dalam kondisi ini, virus mungkin masih dalam masa jendela, dan belum aktif bereplikasi. Kerusakan internal juga kemungkinan belum terjadi secara signifikan. Namun, mendapat hasil viral load rendah bukan berarti bebas dari risiko. Tanpa pengobatan, viral load dapat semakin meningkat sehingga virus akan mulai menghancurkan sel-sel CD4 dalam darah. Di sisi lain, jumlah virus yang rendah dapat pula berarti pengobatan berjalan dengan baik.

 

Virus Tidak Terdeteksi

Hasil yang berkisar kurang dari atau sama dengan (≤) 40 sampai 75 kopi virus per 1 cc darah adalah kategori viral load “tidak terdeteksi” (not detected). Angkat tepatnya akan tergantung pada lab yang menganalisis tes. Viral load tidak terdeteksi artinya sistem kekebalan tubuh memulih dan berhasil memperkuat diri. Selain itu, hal ini juga mengurangi resiko penularan beberapa penyakit menular seksual lainnya, seperti klamidia, sipilis, dan HPV.

Penurunan jumlah virus sampai batas tersebut juga dapat diartikan bahwa pengobatan yang dijalani berhasil melawan virus HIV di dalam tubuh. Dengan demikian risiko sangat minim (atau bahkan tidak mungkin) untuk menularkan infeksi HIV kepada orang lain.

 

Penutup

Penanggulangan HIV AIDS merupakan salah satu target pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Kementerian Kesehatan No. 21/2013 tentang HIV AIDS. Disebutkan pemerintah menetapkan pencapaiaian target Three Zero pada tahun 2030 untuk pengendalian epidemi HIV AIDS di Indonesia yang meliputi, zero infeksi HIV baru, zero kematian karena AIDS pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), serta zero diskriminasi. Ketiga target ini dapat dicapai dengan memantau status pengobatan antiretroviral (ARV) pada ODHA melalui pemeriksaan viral load.

 

DAFTAR PUSTAKA

[1]   Kemala, Fidhia. (18 Desember 2020). Mengulik Lebih Dalam Seputar Viral Load HIV. Citing Internet Sources https://hellosehat.com/seks/hivaids/tes-viral-load-hiv-adalah/. [diakses pada tanggal 17 September 2022 pukul 11.25]

[2]   Linda Astari, Sawitri, Yunia Eka Safitri, Desy Hinda P. (1 April 2009). Viral Load pada Infeksi HIV. Citing Internet Sources http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Viral%20Load%20Vol%2021%20No%201.pdf.           [diakses pada tanggal 17 September 2022 pukul 10.25]

 [3]  drg. Widyawati, MKM. (29 September 2020).Kampanye Bulan Viral Load: Pentingnya Mengetahui Status Pengobatan ARV pada ODHA Melalui Pemeriksaan Viral Load HIV. Citing Internet Sources https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20200929/0735086/kampanye-bulan-viral-load-pentingnya-mengetahui-status-pengobatan-arv-odha-melalui-pemeriksaan-viral-load-hiv/. [diakses pada tanggal 17 September 2022 pukul 13.25]

Posted by Humas BBKPM Bandung Posted on December 7, 2022