14 December

Pengumpulan dan Pengelolaan Spesimen Dahak

Pengumpulan dan Pengelolaan Spesimen Dahak

Lilis Pamungkassari, A.Md.A.K

Definisi, Komposisi, Warna dan Viskositas Sputum

Sputum adalah zat lendir (terdiri dari sel dan materi lainnya) yang disekresikan ke saluran pernafasan (paru-paru, bronkus, trakea) dan bisa dikeluarkan dengan batuk atau tertelan. Komposisi sputum terdiri dari 95% air, 5% komponen organik: karbohidrat (seperti asam sialat yang berkontribusi terhadap viskositas tinggi), protein (enzim, imunoglobulin), glikoprotein yang juga berkontribusi terhadap sifat sputum visoelastik. Warna sputum normal putih atau tidak berwarna, warna kuning kehijauan bisa menjadi indikasi nanah, infeksi seperti pneumonia, Darah dalam sputum disebut hemoptisis (yang disebabkan oleh; kanker paru-paru, tuberkulosis, abses paru, perdarahan), warna karat disebabkan oleh hemoglobin yang membusuk. Viskositas sputum dipengaruhi oleh keadaan hidrasi tubuh.

 

Spesimen Untuk Pemeriksaan Mikrobiologi

Meliputi: Teknik sampling sputum, penampungan, penyimpanan, pemberian label, cara pengiriman spesimen. Tujuannya adalah supaya spesimen tidak dicemari oleh bakteri lain dan supaya bakteri di dalam spesimen tidak mati.

 

Teknik Sampling Sputum

Pengambilan spesimen sputum atau dahak dapat dilakukan dengan menggunakan 4 cara, yaitu:

1.  Batuk Spontan
Batuk merupakan cara paling mudah dan umum dilakukan untuk mengumpulkan spesimen dahak. Namun, pengambilan dahak saat pasien batuk tetap perlu diawasi oleh tenaga medis agar sputum yang didapat benar dari paru-paru, bukan hanya air liur (saliva) atau lendir dari belakang hidung. Apabila pengambilan sputum salah, maka hasil pemeriksaan tidak akan signifikan.

     Persiapan pasien

Minta pasien untuk membatukan sputum di ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau ruang dengan ventilasi yang baik, dan berada jauh dari orang sekitar untuk mencegah penularan TB 

     Beri petunjuk pada pasien untuk:

• Berkumur dengan air (jangan ditelan) sebelum sputum dikumpulkan untuk meminimalisir kontaminasi spesimen oleh sisamakanan atau kotoran lain di dalam mulut.

• Bila pasien memakai gigi palsu minta pasien untuk membukanya

• Menarik nafas panjang dan dan sebanyak 2-3 kali dan setiap kali menghembuskan nafas dengan kuat.

• Membuka penutup pot sputum lalu dekatkan pada mulut

• Batuk secara dalam untuk mengeluarkan sputum (buka air liur) dari dalam dada ke dalam pot sputum.

• Mengulangi sampai mendapatkan sputum yang berkualitas baik dan volume yang cukup (3-5 ml/1 sendok teh)

• Segera tutup rapat tabung dengan cara memutar tutupnya, kemudian masukan ke dalam pembungkus atau kantong plastik.

• Jika sputum sulit dikeluarkan pasien diberikan petunjuk untuk melakukan olahraga ringan kemudian menarik nafas dalam beberapa kali. Apabila pasien merasa akan batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu meminta pasien untuk batuk.

 

2.  Induksi Sputum (Induced Sputum)
Pada pasien yang sulit untuk mengeluarkan sputum karena sputum terlalu kental, maka dapat dilakukan pengambilan sputum dengan cara menginduksi batuk yaitu dengan menggunakan uap hangat steril dari cairan salin hipertonik 3%-5%. Namun, hasil sputum yang diambil dengan menggunakan metode induksi lebih cair dibandingkan dengan metode batuk spontan, oleh karena itu petugas medis harus memberi label keterangan pada pot sputum bahwa sputum yang diambil dengan metode induksi, agar petugas laboratorium tidak bias dengan spesimen saliva.

 

3.  Bronkoskopi

     Prosedur pengumpulan spesimen sputum dengan metode bronkoskopi dilakukan dengan menggunakan alat visualisasi yang dimasukkan ke dalam saluran pernapasan pasien yang dicurigai terinfeksi tuberkulosis. Pengambilan spesimen dahak dengan menggunakan bronkoskopi sangat jarang dilakukan, metode ini baru dilakukan apabila pasien tidak dapat mengeluarkan dahak secara spontan. Prosedur pengambilan sputum dengan metode bronkoskopi memerlukan persiapan pasien khusus karena pasien akan diberikan anestesi premedikasi agar pasien lebih tenang saat menjalani prosedur tindakan ini.

 

  1. Bilasan cairan lambung (Gastric aspiration)
    Pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum secara spontan, selain dengan menggunakan metode bronkoskopi, dapat dilakukan juga dengan menggunakan bilasan cairan lambung (Gastric aspiration). Prosedur ini sangat jarang dilakukan karena dianggap tidak nyaman, terutama apabila pada pasien anak-anak dan harus dilakukan di Rumah sakit pada pagi hari sebelum makan. Pengambilan sputum dengan bilasan cairan lambung dilakukan dengan memasukan selang melalui mulut atau hidung pasien kemudian dilakukan penyedotan cairan lambung.

 

Penampungan Sputum

Syarat peralatan yang digunakan:

v  Bersih

v  Kering

v  Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen

v  Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada spesimen

v  Steril.

v  Sekali pakai buang

v  Wadah spesimen bertutup rapat dan tidak bocor

 

Penilaian Kualitas Contoh Uji Dahak

Petugas laboratorium harus melakukan penilaian terhadap dahak pasien. Tanpa membuka tutup pot, petugas laboratorium melihat dahak melalui dinding pot yang transparan.

Hal-hal yang perlu diamati adalah :

v  Volume 3,5-5ml

v  Kekentalan: mukoid

v  Warna: Hijau kekuningan (purulen)

Apabila spesimen jelek, pemeriksaan tetap dilakukan dengan:

Mengambil bagian yang paling mukopurulen/kental kuning kehijauan

Memberi catatan bahwa spesimen tidak memenuhi syarat / air liur

• Mengulang pengumpulan sputum apabila spesimen jelas air liur

• Mengambil bagian yang paling mukopurulen/kental kuning kehijauan

• Memberi catatan bahwa spesimen tidak memenuhi syarat / air liur

 

Wadah dan Penyimpanan Sputum

Persyaratan wadah :

v  Bermulut lebar

v  Bertutup ulir

v  Terbuat dari plastic

v  Steril

v  Tidak mudah pecah

v   

Semua spesimen harus dikirim ke laboratorium secepat mungkin segera setelah pengambilan.Bila hal ini tidak dapat dilakukan simpan dalam lemari es pada suhu 2-8 0C, jangan lebih dari satu malam. Jika tidak ada lemari es dan penundaan pengiriman sekitar lebih dari 3 hari maka harus diberi pengawet yaitu campuran dari 1 % cetyl pyridinium chloride (CPC) dan 2 % sodium choride.

 

Pemberian Label

Formulir permintaan pemeriksaan berisi :

Nomor urut

Nomor identitas sediaan dahak

Nama tersangka penderita

Umur dan jenis kelamin

Alamat lengkap

Nomor registrasi laboratorium

Label wadah berisi :

Tanggal pengambilan spesimen Identitas pasien (terutama nama dan nomor urut)

 

Cara Pengiriman Spesimen

Sebelum pengiriman dilakukan, petugas harus meneliti kembali setiap isi kotak sediaan. Pastikan setiap spesimen sputum yang akan dikirim disertai formulir yang sudah diisi lengkap dan nomor identitas setiap spesimen harus cocok dengan nomor yang ada di dalam formulir. Sistem pengepakan yang digunakan adalah tiga lapis (Three Layer Packaging) sesuai dengan pedoman WHO dan International Air Transport Association (IATA).

 

Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan dahak/ sputum dapat mencakup pemeriksaan kultur dan atau sitologi pada sampel dahak/ sputum. Kultur sputum dilakukan untuk:

v  Mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri atau jamur yang menyebabkan infeksi (sepertipneumonia atauTBC) paru-paru atau saluran pernapasan yang menuju ke paru-paru.

v  Identifikasi antibiotic terbaik untuk mengobati infeksi (sensitivity testing).

v  Memantau pengobatan infeksi.

 

DAFTAR PUSTAKA

1.    Hagan G, Nathani N. Clinical review: tuberculosis on the intensive care unit. Crit Care. 2013;17(5):240.Doi:10.1186/cc12760

2.    Mulyadi, Mudatsir, Nurlina. Hubungan Tingkat Kepositifan Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi Toraks pada Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda Aceh. J respir indo vol 31 no 4 Oktober 2011. Available at : http://arsip.jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2011/07/jri-jul-2011-133-7.pdf

3.    AACC Laboratorium Test Online. Acid Fast Bacillus Testing. 2020. Available at: https://labtestsonline.org/tests/acid-fast-bacillus-afb-testing

4.    CDC (Center for Disease Control and Prevention). Core Curriculum on Tuberculosis : What the Clinician Should Know. 6th edition. Chapter 4 Diagnosis of Tuberculosis Disease page 75-104. 2013. Available at : https://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/chapter4.pdf

5.    Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Komplikasi Apa Saja yang Diakibatkan Tuberkulosis. 2020. Available at :
http://www.klikpdpi.com/index.php?mod=article&sel=9492

 

Posted by Humas BBKPM Bandung Posted on December 14, 2022