-
09 January
-
PENGENDALIAN KADAR GULA PASIEN DIABETES MELITUS MELALUI FARMAKOTERAPI
PENGENDALIAN KADAR GULA PASIEN DIABETES MELITUS
MELALUI FARMAKOTERAPI
apt. Rini Diah Agustiani, S.Farm
Instalasi Farmasi
Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. (WHO, 1999) Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Klasifikasi diabetes mellitus digolongkan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh kegagalan tubuh untuk memproduksi insulin. Diabetes tipe ini dapat terdeteksi ketika seseorang berusia muda, bahkan anak-anak dan sebagian besar penderitanya kurus. Penderita akan membutuhkan insulin dari luar tubuh secara rutin terus-menerus sepanjang hidupnya. Berikut adalah jenis obat diabetes mellitus tipe 1:
· insulin glulisine (Apidra),
· insulin lispro (Humalog)
· insulin aspart (Novolog)
· Humulin R
· Novolin R
· insulin NPH (Novolin N, Humulin N)
· insulin glargine (Lantus, Toujeo Solostar)
· insulin detemir (Levemir)
· insulin degludec (Tresiba),
Tujuan pemberian insulin pada DM tipe 1 adalah untuk memelihara konsentrasi gula darah mendekati kadar normal dan mencegah besarnya penyimpangan kadar glukosa darah yang dapat menyebabkan timbulnya komplikasi jangka panjang. Efek samping dari pemberian insulin tersebut berupa reaksi alergi, hipoglikemia akibat dosis yang berlebihan, dan lipodistrofi di tempat penyuntikan.
1. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan karena kekurangan insulin, dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau insulin yang dihasilkan tidak dapat bekerja secara memadai. Hal ini menyebabkan tubuh memiliki masalah dalam mengubah karbohidrat menjadi energi sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis penyakit yang dapat menyerang orang dari segala usia, namun mayoritas terjadi pada orang berusia diatas 30 tahun. Penderita diabetes tipe 2 dapat mengontrol kadar gula darahnya dengan diet, olahraga, antidiabetik oral atau kadang-kadang memerlukan suntikan insulin. Apabila tidak melakukan terapi pengobatan dan perubahan gaya hidup yang tepat maka dapat menimbulkan resiko penyakit jantung, kebutaan, kerusakan saraf dan organ, dan kondisi serius lainnya. Langkah pertama dalam mengelola diabetes melitus tipe 2 selalu dimulai dengan pendekatan non farmakologi, yaitu berupa perencanaan makan/terapi nutrisi medik, olahraga, dan penurunan berat badan. Bila dengan langkah tersebut sasaran terapi pengendalian diabetes melitus belum tercapai, maka dilanjutkan dengan penggunaan obat atau intervensi farmakologis. Berikut adalah jenis obat diabetes mellitus tipe 2:
· Metformin
· glyburide (DiaBeta, Glynase)
· glipizide (Glucotrol)
· glimepiride (Amaryl)
· Repaglinide (Prandin)
· Nateglinide (Starlix)
· Rosiglitazone (Avandia)
· Pioglitazone (actos)
· Sitagliptin (Januvia)
· Saxagliptin (onglyza)
· Linagliptin (tradjenta)
Daftar Pustaka :
World Health Organization. Diabetes Melitus : Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus and its complications. Geneva : WHO, 1999
Anonim. 2022. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus [ diakses pada tanggal 06 Desember 2022 pukul.08.40]
Irawan Sapto Adhi. Adhi, Irawan Sapto 2022. Kompas.com https://health.kompas.com/read/2020/07/02/060000068/jenis-jenis-obat-diabetes-tipe-1-dan-obat-diabetes-tipe-2?page=all [ diakses pada tanggal 06 Desember 2022 pukul.09.58]
Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi ulasan bergambar. Edisi ke-2. Jakarta: Widya Medika; 2001.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III. Edisi ke5. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
Posted by Humas BBKPM Bandung Posted on January 9, 2023