-
03 March
-
Peran Protein Hewani pada Penderita TBC
Hilda Prasanti Nugraheni, AMG
Instalasi Gizi BBKPM Bandung
Infeksi TB mengakibatkan penurunan asupan dan malabsorpsi nutrien serta perubahan metabolisme tubuh sehingga terjadi proses penurunan massa otot dan lemak (wasting) sebagai manifestasi malnutrisi energi protein.3 Pada penderita tuberkulosis juga ditemukan konsentrasi albumin serum yang rendah. Malnutrisi dan TBC seperti sebuah lingkaran tak berujung. Interaksi TBC dan gizi buruk berkaitan erat. Keduanya saling memengaruhi.
Tuberkulosis aktif berhubungan dengan kaheksia, penurunan berat badan, konsentrasi leptin di serum rendah. Leptin merupakan mediator utama antara nutrisi dan imuntitas. Ketika muncul gangguan terhadap leptin, akan terjadi anoreksia yang memungkinkan terjadinya keadaan penurunan status gizi dengan cara mengurangi asupan energi. Selain anoreksia, gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan katabolisme berpengaruh terhadap status gizi yang buruk.2
Menurut Amalia (2012) kegagalan konversi sputum BTA positif menjadi BTA negatif disebabkan defisiensi zat gizi. Defisiensi protein pada pasien TB akan mengakibatkan penurunan jumlah sel limfosit T sehingga bakteri tetap hidup di jaringan paru dan mengakibatkan keterlambatan perubahan sputum BTA serta memperlambat proses penyembuhan pasien.1
Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang berperan penting bagi tubuh, utamanya sebagai zat pembangun tubuh. Semua sel dan jaringan yang ada di tubuh kita mengandung protein, oleh karena itu protein sangat penting untuk pertumbuhan, perbaikan sel-sel dan jaringan tubuh yang rusak, serta mempertahankan fungsi tubuh agar dapat berjalan dengan baik.
Protein dapat mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan akibat infeksi. Protein juga membantu menjaga berat badan tetap normal. Protein hewani bisa didapatkan dari aneka jenis boga bahari yang kaya akan omega 3 dan 6, daging ayam tanpa lemak, telur, daging sapi tanpa lemak, susu serta produk olahannya.2 Protein hewani mempunyai nilai biologis tinggi karena memiliki asam amino lebih kompleks dibanding protein nabati sehingga lebih mudah diserap tubuh.1
Kebutuhan protein yang dianjurkan untuk penderita TB adalah 2,0–2,5 gr/kgBB/hari. Pada pasien tuberkulosis paru asupan protein yang tinggi sangat diperlukan untuk menggantikan sel – sel yang rusak dan meningkatkan kadar serum albumin yang rendah.3
Tuberkulosis memang masih dapat diobati dengan antibiotik. Menjalani pengobatan tanpa asupan gizi adekuat beresiko memperlambat proses penyembuhan. Penderita TB perlu menerapkan pola makan tinggi kalori tinggi protein dengan jadwal teratur. Peran penting asupan makan terutama asupan protein hewani, erat kaitanya dengan faktor kesembuhan. Selain asupan energi, vitamin dan mineral, protein menjadi salah satu zat gizi yang berperan dalam membentuk antibodi untuk melawan infeksi. Melalui komunikasi yang baik dengan pemberian konseling gizi secara berkelanjutan diharapkan dapat mengubah pengetahuan dan kebiasaan kurang baik, yang akhirnya akan mengubah pola makan.4
DAFTAR PUSTAKA
[1] Amaliah, R. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kegagalan konversi penderita TB paru bta positif pengobatan fase intensif di Kabupaten Bekasi Tahun 2010. (Master’s Thesis, Universitas Indonesia, Depok)
[2] Gupta KB, Gupta R, Atreja A, Verma M, Vishvkarma S. Tuberculosis and nutrition. Lung India. 2009;26(1):9–16.
[3] Pedoman Pelayanan Gizi Pada Pasien Tuberkulosi. Jakarta: Kemenkes 2014.
[4] Ren Z, Zhao F, Chen H, Hu D, Yu W, Xu X, et al. Nutritional Intakes and associated factors among tuberculosis patients: A cross-sectional study in China. BMC Infect Dis. 2019;19(1):1–8.
Sumber Foto: www.freepic.com
Posted by Humas BBKPM Bandung Posted on March 3, 2023