26 June

Efektifitas Berhenti Merokok dengan Metode Cold Turkey

Novi Ratna Sari, S.Psi

Konselor Klinik Konseling Berhenti Merokok BBKPM Bandung

 

Rokok termasuk zat adiktif karena terdapat adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya. Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, Alkohol dan Zat Adiktif)(1). Merokok merupakan suatu bentuk kecanduan. Nikotin, zat yang terdapat dalam tembakau, adalah bahan adiktif yang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis. Kecanduan nikotin adalah proses biologis di mana tubuh dan otak seseorang menjadi terbiasa dengan nikotin dan membutuhkannya untuk menjaga kondisi yang stabil.

Ketika seseorang merokok, nikotin masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru dan diserap ke dalam aliran darah. Setelah mencapai otak, nikotin mempengaruhi sistem saraf dan melepaskan dopamin, yaitu neurotransmiter yang terkait dengan perasaan kenikmatan dan reward. Peningkatan kadar dopamin inilah yang memberikan efek menyenangkan dan membuat seseorang merasa rileks atau terangsang setelah merokok.

Ketergantungan fisik terhadap nikotin dapat menyebabkan gejala penarikan (withdrawal symptom) jika seseorang mencoba menghentikan atau mengurangi konsumsi nikotin. Gejala penarikan nikotin dapat mencakup kecemasan, kegelisahan, kelelahan, peningkatan nafsu makan, sulit berkonsentrasi, dan hasrat yang kuat untuk merokok. Kondisi ini mendorong individu untuk mengonsumsi nikotin lagi untuk menghilangkan gejala penarikan.

Ketergantungan psikologis juga terkait dengan merokok. Merokok sering kali dikaitkan dengan rutinitas, situasi tertentu, atau kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari. Asosiasi antara merokok dengan situasi ini, seperti merokok saat bersosialisasi atau merokok setelah makan, dapat memperkuat kecenderungan seseorang untuk terus merokok secara otomatis dan refleks.

Meskipun merokok awalnya mungkin dimulai sebagai pilihan, seiring berjalannya waktu, ia bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan. Mengenali merokok sebagai kebiasaan penting untuk memahami kompleksitasnya dan membantu dalam upaya berhenti merokok.

Metode "cold turkey" merujuk pada cara berhenti merokok dengan tiba-tiba tanpa menggunakan bantuan obat atau terapi pengganti nikotin. Meskipun beberapa orang mungkin berhasil berhenti merokok dengan metode ini, efektivitasnya bervariasi dari individu ke individu. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas metode cold turkey:

1. Kecenderungan individu:

Beberapa orang memiliki kemampuan kuat untuk berhenti secara tiba-tiba dan mengatasi gejala penarikan dengan mudah, sementara yang lain mungkin mengalami kesulitan yang lebih besar. Tingkat kecanduan nikotin dan faktor-faktor psikologis individu, seperti motivasi dan kesiapan mental untuk berhenti, dapat mempengaruhi kemungkinan keberhasilan.

2. Tingkat ketergantungan:

Jika Anda merokok dalam jumlah besar dan sudah tergantung pada nikotin dalam jangka waktu yang lama, berhenti secara tiba-tiba dapat menyebabkan gejala penarikan yang lebih parah. Gejala ini dapat mencakup kecemasan, iritabilitas, kelelahan, dan keinginan kuat untuk merokok. Jika tingkat ketergantungan tinggi, bantuan tambahan seperti obat-obatan pengganti nikotin atau terapi perilaku mungkin diperlukan.

3. Pendekatan dukungan sosial:

Dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan berhenti merokok dapat sangat membantu dalam mengatasi tantangan berhenti merokok. Mendapatkan dukungan dan pemahaman dari orang-orang terdekat dapat meningkatkan motivasi dan membantu Anda melewati fase penarikan yang sulit.

4. Pengelolaan stres:

Merokok seringkali dianggap sebagai cara untuk mengatasi stres. Oleh karena itu, penting untuk memiliki strategi pengelolaan stres yang efektif saat berhenti merokok. Teknik relaksasi, seperti meditasi, olahraga, atau kegiatan yang menghibur, dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan peluang keberhasilan berhenti merokok.

Tidak ada perokok yang secara khusus lebih cocok untuk berhenti merokok menggunakan metode "cold turkey" dibandingkan dengan metode lain. Meskipun demikian,dalam penelitian Smith, et.al (2017), disebutkan bahwa berhenti merokok dengan metode cold turkey memiliki tingkat keberhasilan yang lebih baik dibanding dengan metode menghurangi konsumsi rokok secara bertahap(3).

Setiap perokok memiliki tingkat ketergantungan yang berbeda terhadap nikotin dan alasan pribadi yang melatarbelakangi keinginan mereka untuk berhenti merokok. Beberapa orang mungkin merasa lebih baik dengan metode "cold turkey" karena mereka memiliki kekuatan dan motivasi yang kuat untuk menghentikan kebiasaan merokoknya secara langsung. Namun, metode ini juga dapat menjadi lebih sulit bagi mereka yang sangat ketergantungan pada nikotin atau yang mengalami withdrawal symptom yang parah.

Saat Anda berhenti merokok dengan metode cold turkey, tubuh Anda akan mulai merasakan berbagai manfaat kesehatan, beberapa di antaranya termasuk detak jantung Anda yang mulai melambat kembali ke tingkat yang lebih sehat dalam 20 menit pertama; tekanan darah mulai stabil setelah enam jam; jumlah karbon monoksida berlebih yang ada dalam darah Anda akan hilang setelah dua belas jam; dan oksigen akan mencapai organ dan otot Anda jauh lebih efisien.

Sayangnya, setiap perubahan positif ini seringkali tersamarkan dengan adanya withdrawal symptom, mulai dari gejala ringan seperti flu hingga sesuatu yang lebih serius dalam tingkat keparahan(4). Termasuk di antaranya adalah:

• Perasaan gelisah, lekas marah dan sedih

• Batuk serak dan sakit tenggorokan

• Pusing dan mual

• Sulit tidur dan berkonsentrasi pada tugas sehari-hari

• Peningkatan nafsu makan

• Gangguan atau perubahan kebiasaan buang air besar

• Serta keinginan yang terus-menerus untuk merokok, yang dapat menimbulkan tekanan psikologis yang besar pada kondisi Anda

 

Tanpa farmakoterapi ataupun substitusi nikotin, withdrawal symptom biasanya berlangsung antara 1 minggu hingga 1 bulan(2). Minggu pertama ketia Anda berhenti adalah masa-masa paling berat, namun setelah masa itu terlewati, intensitas withdrawal symptom akan berkurang hingga sekitar 1 bulan lamanya. Lamanya masa withdrawal symptom bergantung dari berbagai faktor seperti seberapa lama Anda sudah merokok dan berapa banyak konsumsi rokok Anda. JIka Anda berhenti merokok dengan metode cold turkey, withdrawal symptom akan mencapai puncaknya pada tingga hingga 7 hari pertama setelah Anda berhenti.

Di luar masalah mengenai metode mana yang akan Anda gunakan untuk berhenti merokok, patut diingat bahwa setiap kejadian kekambuhan (relaps) dimulai dengan menghisap sebatang rokok. Jadi, persiapkanlah aktifitas pengganti ketika Anda biasanya memiliki keinginan merokok, untuk meregulasi stress, untuk merayakan keberhasilan Anda. Dengan cara ini diharapkan Anda tidak akan tergoda untuk merokok lagi.

 

[1]       Gagan. 2017. Pengertian Merokok dan Akibatnya, available at: https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-MEROKOK-DAN-AKIBATNYA.html#:~:text=Rokok%20juga%20termasuk%20zat%20adiktif,Alkohol%2C%20dan%20Zat%20Adiktif). [Diakses pada tanggal 19 Mei 2023]

[2]        Hartney, Elizabeth, BSc, MSc, MA. 2022. What To Expect From Nicotine Withdrawal, available at: https://www.verywellmind.com/what-to-expect-from-nicotine-withdrawal-22467. [Diakses pada tanggal 19 Mei 2023]

[3]        Smith, et.al. 2017. “Cold turkey” works best for smoking cessation, available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5360817/. J Fam Pract. 2017 Mar; 66(3): 174–176. [Diakses pada tanggal 18 Mei 2023]

[4]    ____. Pros and Cons – How To Quit Smoking Cold Turkey, available at: https://www.quitclinics.com/blog/how-to-quit-smoking-cold-turkey/. [Diakses pada tanggal 19 Mei 2023]

 

Sumber Foto: https://share.upmc.com/2014/12/choosing-quit-method/

Posted by Humas BBKPM Bandung Posted on June 26, 2023