-
19 October
-
Obesitas dan Tb Paru
Oleh: Hilda Prasanti Nugraheni, A.M.G
Nutrisionis UPF BBKPM Bandung di Garut – RS Paru Dr.H.A. Rotinsulu
Prevalensi terjadinya obesitas semakin tinggi baik di negara maju maupun berkembang. Hasil penelitian pada populasi lansia di Hongkong menyatakan bahwa obesitas dikaitkan dengan rendahnya risiko tuberkulosis paru aktif. Meskipun pada umumnya Tuberkulosis dikaitkan dengan kekurangan gizi.
Berat badan dibandingkan tinggi badan yang rendah merupakan faktor risiko Tuberkulosis. Orang yang terpapar TB mengalami kekurangan gizi, akibatnya melemahkan sistem kekebalan tubuh. Meningkatkan kemungkinan TB laten berkembang menjadi TB aktif.2 Untuk pengaruh obesitas terhadap perkembangan TB belum diteliti secara luas. Studi kohort berbasis populasi berskala nasional di Taiwan menyelidiki pengaruh obesitas terhadap perkembangan TB pada orang dewasa hasilnya menyimpulkan bahwa obesitas dan kelebihan berat badan berhubungan dengan rendahnya risiko TB aktif. Penelitian di masa depan harus terus dilakukan untuk menyelidiki mekanisme yang mendasari, konsekuensi klinis serta epidemiologis dari temuan ini.
Kim SJ, et al mengatakan bahwa jika BMI lebih tinggi maka dimungkinkan menjadi efek pelindung terhadap penyakit Tuberkulosis paru. Selain itu, penelitian tersebut melaporkan bahwa jaringan adipose viseral manusia memiliki jumlah limfosit T lebih besar karena respon imun adaptif yang dimediasi oleh sel T sangat penting untuk mengendalikan infeksi TB pada manusia.
Obesitas sendiri merupakan masalah gizi yang semakin meningkat berhubungan dengan berbagai kondisi degeneratif kronis. Sejak prevalensi diabetes meningkat di seluruh dunia, risiko terjadinya obesitas sebagai akibat dari perubahan gaya hidup, penuaan populasi, dan urbanisasi juga meningkat. Diabetes melitus diketahui meningkatkan risiko TB sebesar 2-3 kali lipat. Diabetes melitus akan mengganggu fungsi aktivasi makrofag, monosit, limfosit, dan fagositosis sebagai upaya mekanisme pertahanan terhadap infeksi TB paru. Risiko kematian telah dilaporkan mencapai sekitar 6,5- 6,7 kali lebih tinggi pada pasien TB dengan DM.
Obesitas merupakan salah satu faktor utama terjadinya diabetes melitus. Pada penderita DM satu dari 3 orang mengalami overweight dan 1 dari 10 mengalami obesitas. Status gizi lebih akan meningkatkan resistensi insulin melalui mekanisme pelepasan asam lemak bebas oleh jaringan adipose. Pada penderita TB-DM juga ditemukan IMT yang lebih besar dibandingkan penderita TB non DM. Studi Dil Conakry, Guinea menunjukan proporsi penderita TB yang mengalami obesitas lebih banyak pada kelompok TB-DM sebesar 23% dibandingkan dengan kelompok TB tanpa DM hanya sebesar 2%.
Di sisi lain, penelitian terbaru menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor protektif terhadap terjadinya Tuberkulosis paru pada populasi non-diabetes3. Obesitas pada TBC menunjukkan bahwa individu obesitas memiliki lebih banyak sel T CD4+ dan hormon leptin yang memainkan peran penting dalam perlindungan kekebalan tubuh dan mengurangi risiko tuberkulosis aktif.4 Di dalam tubuh manusia, kadar leptin berkorelasi dengan massa lemak dan dapat dikurangi dengan rasa lapar. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kadar leptin basal pada pasien obesitas secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pasien non-obesitas. Angka kejadian TBC pada penderita obesitas/kelebihan berat badan mungkin bisa lebih kecil karena meningkatnya fungsi imun yang diperantarai sel T[u2] [u3] .
DAFTAR PUSTAKA
Chi C. Leung, et al. Lower Risk of Tuberculosis in Obesity. Arch Intern Med. 2007;167:1297-1304. :10.1001/archinte.167.12.
Y-F Yen, et al. Obesity/overweight reduces the risk of active tuberculosis: a nationwide population-based cohort study in Taiwan. PMID: 28280271. DOI: 10.1038/ijo.2017.64
Kim SJ, Ye S, Ha E, Chun EM. Association of body mass index with incident tuberculosis in Korea. PLoS One. 2018;13(4):1–12. Available from: ÿþdoi.org/10.1371/ journal.pone.0195104
Nadya Magfiraa, et.al. Association of Obesity and Negative Acid-Fast Bacilli Finding Among Pulmonary Tuberculosis Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Artikel Penelitian Volume 3 Desember - 2019 No. 2
Sumber Foto: Photo by Towfiqu barbhuiya on Unsplash, https://unsplash.com/photos/a-man-holding-his-stomach-with-his-hands-J6g_szOtMF4
Posted by Humas BBKPM Bandung Posted on October 19, 2023